Cara Pengawetan Kulit Hiu yang Benar Agar Memiliki Harga Tinggi
a. Kulit hiu tidak memiliki bulu. Sebagai gantinya, di sisi luar kulit yang tampaknya halus itu terdapat sisik halus yang placoid plates dan khas. Sisik hiu ini mampu menyebabkan pisau cepat tumpul dalam sekejab saja.
b. Kulit hiu tidak memiliki jaringan kelenjer minyak
c. Struktur kulit berupa serat-serat yang malang melintang rata membentuk susunan bagai anyaman.
d. Kulit hiu menempel langsung dengan daging tanpa lapisan perantara.
Mutu kulit hiu yang sudah di samak tidak kalah dari kulit hewan darat seperti kambing dan sapi.
Pengawetan Kulit Hiu
Pengawetan Kulit Hiu – Persyaratan mutu bahan mentah
Pada dasarnya, hampir sama kulit hiu dapat di samak. Namun, agar kulit tersamak yang di hasilkan bagus, bermutu tinggi, dan bernilai tinggi, beberapa persyaratan musti di penuhi.
Dalam hal ini, prinsip daar pengolahan produk yang bermutu tinggi hanya diperoleh dari bahan baku yang bermutu tinggi tetap berlaku.
Bahan baku kulit yang bermutu tinggi adalah kulit yang masih segar. Tingkat mutu kulit hiu mentah tergantung pada kesegaran kulit, kecepatan pemisahan kulit dari daging, dan kecepatan pengawetan atau penggaraman kulit.
Untuk memperoleh kulit hiu yang bermutu prima.
Kesegaran Kulit hiu
Kesegaran memang menjadi syarat utama pemanfaatan kulit hiu. Kulit yang segar hanya dapat di peroleh dari hiu yang benar-benar masih segar atau belum lama mati.
Jika ikan sudah tidak segar atau rusak maka kulit yang diperoleh menjadi gampang rusak dan mutunya pun rendah.
Di daerah bersuhu rendah, pengawetannya tidak boleh lebih dari 24 jam. Di indonesia yang bersuhu panas ini, waktu toleransi ini tentu jauh lebih pendek lagi.
Hiu sebaiknya segera di kuliti setelah di tangkap. Jika perlu, pengulitan di lakukan di kapal, terutama jika waktu yang di butuhkan untuk mendarat masih lama.
Pengawetan Kulit Hiu – Ukuran
Hiu terkecil yang layak di ambil kulitnya adalah beratnya sekitar 50-60 kg/ekor. Kulitnya cukup kuat dan lebar sehingga manfaatnya setelah di samak menjadi lebih buas.
Tidak hanya untuk dompet tetapi juga untuk jaket yang memerlukan kulit relatif lebar. Hiu kecil dapat juga di ambil kulitnya, tetapi biasanya tidak lebar dan belum tebal.
Pengawetan Kulit Hiu – Keutuhan dan kebersihan
Adanya luka atau sobekan pada kulit dapat mengurangi mutu. Luka di kulit dapat saja terjadi ketika hiu di kapal atau ketika dilakukan pengulitan.
Namun, luka tersebut mungkin merupakan luka lama yang terjadi ketika hiu masih hidup, misalnya akibat goresan batu karang atau luka di kapal.
Sisa daging yang masih di sisi dalam daging juga perlu di bersihkan karena sangat berpengaruh terhadap mutu kulit.
Oleh karena itu, penanganan hiu yang di ambil kulitnya perlu hati-hati, dalam keadaan bersih, dan bebas dari kotoran maupun sisa-sisa daging.
Pengawetan Kulit Hiu – Pengawetan kulit mentah
Kulit ikan yang masih segar sebenarnya dapat langung di samak. Namun, dengan pertimbangan teknis dan ekonomis penyamakan langsung nyaris tidak pernah dilakukan.
Oleh karena itu, kulit mentah perlu di awetkan dahulu sehingga dapat di simpan lama.
Dengan demikian, kulit awetan ini pun diperdagangkan dengan janngkauan distribusi lebh luas atau di tampung untuk samak terkumpul cukup banyak.
Pada prinsipnya, pengawetan kulit ikan merupakan upaya tuk mengurangi kandungan air kulit segar hingga batas minimal sehingga mikroorganisme perusak atau pembusuk tidak dapat hidup.
Sebelum proses pengawetan dilakukan, kulit harus dalam keadaan bersih.
Kotoran seperti darah, daging, tanah, dan sebagainya harus di bersihkan karena kotoran ini dapat menyebabkan kerusakan kulit dan hasil awetannya kurang baik.
Pembersihan dilakukan segera setelah pengulitan. Apapun caranya, pengawetan dilakukan paling lama 5 jam setelah ikan di kuliti.
Pengawetan kulit ikan dengan pengeringan
Pengawetan kulit dengan pengeringan merupakan cara paling sederhana. Ada enam tahap pengawetan ini, yaitu.
1. Sisa-sisa daging yang masih melekat pada kulit yang baru dilepas dari ikan segara di bersihkan.
2. Kotoran yang masih melekat pada kulit di cuci dengan air bersih
3. Agar kulit awet dan tahan lama, pemberian antiseptik perlu dilakukan. Kulit yang telah bersih di rendam dalam larutan antiseptik yang bersifat racun selama beberapa menit.
4. Kulit yang telah direndam dalam larutan antiseptik di rentang kuat pada bingkai kayu dengan cara memaku tepi kulit keperantangan sambil di tarik sehingga kulit terentang kuat.
Lipatan-lipatan pada kulit harus di hindari karena akan menghasilkan kulit kering yang terlipat pula.
5. Setalah direntang, kulit di jemur sampai kering. Agar cepat kering dan hasilnya bagus, pentangan kulit di letakkan miring dengan kemiringan kira-kira 60 derajat dari tanah dengan sisi dalam kuat miring ke atas menghadap ke utara atau selatan.
Dengan demikian, sinar matahari tidak langsung menerpa kulit. Jika cuaca cerah dan matahari sedang terik, penjemuran dilakukan sekitar pukul 08.00-11.00. kulit sudah kering dalam waktu 2-3 hari, tergantung ketebalannya.
6. Selain itu, kulit di angkat dan di letakkan di tempat teduh atau di angin-anginkan saja untuk menghindari luka bakar pada kulit akibat penjemuran langsung yang terlalu lama.
Akan tetapi, jika cuaca tidak bagus, pentangan kulit sebaiknya di hadapkan ke arah timur elama matahari tidak terik.
Jika terik matahari muncul, arah pentangan di ubah sehingga terik matahari tidak jauh tepat tegak lurus ke kulit.
Setelah kering, kulit dilepa dari pentangan dan di simpan di tempat kering, tidak lembab, dan berventilasi cukup baik.
Baca juga:
Nama Nama Ikan Laut yang Mudah Diingat
ciri Morfologi Ikan Hiu
Nama Nama Ikan Laut Dangkal dan Dalam Bisa Dikonsumsi
Pengawetan kulit hiu dengan penggaraman
Hanya ada tiga tahap pada cara ini, yaitu perendaman kulit dalam garam jenuh, penaburan garam pada kulit, dan penyimpanan.1. Setelah di bersihkan dari sisa-sisa daging, kulit di rendam dalam larutan garam jenuh selama satu malam. Larutan garam jenuh ini di buat dengan melarutkan 3 kg garam dapur dalam 7 liter air, atau sampai garam tidak larut lagi.
Setalh semalam di dalam larutan garam jenuh, kulit di tiriskan sampai tiris benar.
2. Kulit di hamparkan di atas lantai di buat miring yang telah di taburi garam kristal. Kulit ini di hamparkan dengan sisi daging menghadap ke atas, lalu pada bagian ini di taburi garam sampai merata.
Kulit berikutnya di hamparkan di atasnya dengan permukaan daging menghadap ke atas dan di taburi garam. Demikian seterusnya, kulit di tumpuk sampai tinggi tumpukan sekitar 1 meter.
3. Penggaraman ini dapat pula dilakukan dengan cara menaburkan kristal pada sisi dalam kulit satu per satu lalu di lipat ke arah dalam dengan urutan lipatan tertentu seperti di dalam gambar.
Bagi Anda yang ingin mengetahui lebih dalam akan cara pengawetan kulit hiu, diatas tadi merupakan langkah lengkap yang sudah teruji berhasil oleh pengusaha ikan hiu.